Selasa, 04 Desember 2012


TUGAS BAHASA INDONESIA
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSekikyAV1w-jjxZXehVPSdvzdYKUaa8eiiomzNx7mq5G0RKmt5Dg

Cerpen
Ibu
Gilang Pratama N


X-5

 
IBU
Mengapa aku merasa hidup sendiri dikala semua orang bahagia...? Apakah aku iri pada mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap, memiliki kendaraan, memiliki rumah...? Ahhh... betapa tidak adilnya dunia ini. Wanita-wanita yang cantik, yang kaya, punya harta, memiliki suami dan anak-anak yang lucu. Seandainya saja, aku beruntung seperti mereka, mungkin hari ini aku tidak disini, di pasar tradisional ini aku harus menjual daganganku. Dagangan  kue-kue ini adalah sumber pencaharian keluargaku. Dengan menjual kue dan lontong ketupat ini, aku mendapatkan duit untuk biaya hidup kedua orang tuaku dan dua orang adikku. Duit yang sangat sulit aku dapatkan, mencari rezeki diantara mereka-mereka yang juga membutuhkan duit. Mengapa Allah tidak adil padaku. Mengapa aku tidak digolongkan dalam golongan wanita-wanita kaya seperti mereka. Apa ukuran Allah sampai memisahkan aku dengan golongan kaya itu. Jika aku kaya mungkin hari ini aku sedang tidur di kasur yang empuk seperti mereka. Astaugfirullah... maafkan aku ya Allah, mengapa aku ini sampai berpikiran jelek tentang Allah. Aku tidak boleh berkata seperti itu kepada Allah. Semoga Allah tidak menghukumku dan mau memaafkan aku, karena sudah berpikiran jelek tentang maksud Allah kepadaku.

Pagi ini seperti biasa, aku harus bangun pagi-pagi menyiapkan semua kebutuhan untuk  daganganku, kebutuhan ayah dan ibuku yang sudah tua serta ke dua adikku yang masih sekolah di bangku sekolah menengah atas. Aku adalah kakak serta anak yang menjadi tulang punggung buat keluargaku. Sejak ayahku lumpuh, beliau tidak mampu lagi memenuhi semua kebutuhan kami. Keluargaku terpaksa menerima kenyataan pahit, sejak Ayah mengalami kecelakaan kerja tiga tahun yang lalu yang membuat kedua kakinya tidak bisa normal kembali. Kejadian itu membuat semua harapan dan cita-citaku melanjutkan perguruan tinggi kandas. Aku termasuk siswa yang paling pintar di sekolahku. Namun karena biaya membuat aku tidak bisa melanjutkan cita-citaku untuk menuntut ilmu.

Ibuku, sejak ayah tidak bisa berjalan lagi, waktunya dihabiskan untuk mengurus ayah yang banyak menuntut. Bagaimana tidak sejak beliau mengalami kecelakan itu, beliau selalu marah. Aku kasihan dengan ibu harus mengurus ayah yang pemarah. Dulunya ayahku tidak begitu. Sebelum kecelakaan itu terjadi, ayah sangat sayang dengan ibu. Selama hidupku tidak pernah melihat ayah memarahi ibu apalagi memukul ibu. Namun, ibu tetap sabar dan belum pernah aku melihat ibu menangis. Emosi ayah selalu ibu hadapi dengan tawa dan canda. Aku sangat tau kalo ibu lakukan itu buat kami anak-anaknya. Ibu gak mau melihat kami sedih. Sungguh mulia hati ibuku, memperlakukan ayah begitu hormat, walau sering aku melihat ayah membuang makanan yang ibu masak dengan susah payah.

Ibu pernah bermaksud ingin membantuku mencari pekerjaan tambahan agar bisa mencukupi semua kebutuhan dan bermaksud ingin agar aku masuk perguruan tinggi. Namun niat ibu aku bantah. Aku tidak tega melihat ibu bekerja ke kota mencari nafkah. Kalo aku bekerja siapa yang akan menjaga ayah dan kedua adikku...?

Malam ini, aku berniat tidur lebih awal. Aku bermaksud ingin sholat tahajud. Sejak membaca buku yang berjudul tentang sholat tahajud yang diberikan sahabatku. Tergerak hati ini, ingin memohon dan mengadu kepada Allah, agar aku dan keluargaku diberikan kemudahan dalam mencari rezeki dan
kesembuhan buat ayahku. Saat aku mulai beranjak dari tidur, tiba-tiba aku mendengar suara orang menangis. Aku tidak tau siapa yang menangis pagi-pagi jam 3. Aku berpikir jangan-jangan ada hantu atau bayi yang di buang di luar. Namun, tidak mungkin barangkali itu hanya khayalanku saja yang menggoda aku agar tidak mengambil wudhu. Pelan-pelan aku membuka pintu kamarku yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk.

Diruang tamu aku melihat bayangan hitam sedang duduk mirip orang lagi sholat. Memastikan siapa yang duduk, aku mendekatkan pandanganku pada bayangan itu. Aku sangat kaget melihat ternyata ibuku yang sedang menangis. Aku sangat heran mengapa ibu menangis...? Baru kali ini aku mendengar dan melihat ibu menangis. Aku berpikir apakah ada yang salah dengan ucapan dan perbuatanku kemarin sampai ibu menangis...? Aku beranjak dari posisi awal untuk lebih dekat ke sumber suara, mencoba lebih dekat mendengar permohonan ibu kepada Allah yang tidak begitu jelas.

Aku mendengar sampai tuntas, apa yang ibu harapkan kepada Allah. Aku gak menyangka dan kaget sekali saat itu. Apa yang ibu utarakan ternyata di luar dugaanku. Apa yang ibu katakan adalah rahasia masa laluku yang tidak pernah aku ketahui. Aku hampir pingsan mendengar pengakuan ibu kepada Allah. Ya Allah, apakah yang ibu katakan benar adanya. Apakah ibu tidak bohong ya Allah. Lalu siapa aku ini ya Allah...? Mengapa ibu mau mengurusku, mengapa ibu sabar banget dengan perlakuan ayah ya Allah. Ternyata  dulu ayah sangat jahat ya Allah. Ternyata aku adalah anak yang terpaksa ibu terima dari buah perselingkuhan yang ayah lakukan dengan seorang wanita malam yang mana wanita itu ternyata ibu kandungku yang menjadi perusak rumah tangga ibu dan ayah. Aku terpaksa di terima dan diurus ibu, karena ibu sangat mencintai ayah. Ibu menerimaku dan menganggapku seperti anaknya walaupun sebenarnya aku adalah anak yang tidak diharapkan ibu.

Ya Allah, mengapa ibu menutup rapat-rapat rahasia ini dariku..? Ya Allah, betapa mulainya hati ibu, betapa aku beruntung memiliki ibu yang sangat mencintai aku. Ya Allah, walau aku bukan terlahir dari rahim ibuku, tapi aku janji akan membahagiakan ibu. Aku tidak ingin melihat ibu terluka lagi. Terima kasih ibu, walau engkau bukan ibuku tapi kasih sayangmu begitu besar melebihi kasih sayang ibu kandungku yang entah dimana berada. Semoga kelak Allah mendengar doaku agar aku diberi kesempatan untuk bisa membahagiakan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar